السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Plenary Session IMSIC 2024 STAIN Kepri: Bahas Peran Agama dan Budaya dalam Masyarakat Islam-Melayu

  • 19 November 2024
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 44
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan IlmuSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau sukses menggelar seminar internasional bertajuk 1st Islamic and Malay Studies International Conference (IMSIC) yang diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu, 19-20 November 2024. Acara perdana ini berlangsung di Auditorium Razali Jaya, Kampus STAIN Sultan Abdurrahman, dan menghadirkan Ketua STAIN, Dr. Muhammad Faisal, M.Ag., sebagai keynote speaker.

Dalam penyampaiannya, Dr. Faisal menekankan pentingnya kajian kawasan tentang keislaman  dan budaya Melayu untuk memperkuat dunia melayu islam serta memperluas diseminasi hasil penelitian yang berkaitan dengan keislaman dan kemelayuan untuk memperkuat identitas masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas di wilayah melayu islam.

Dalam Special Panel 1 yang mengangkat tema “The Role of Religions and Cultures in Leveraging Islamic and Malay Society” menghadirkan empat pembicara diantaranya; Hj Mustapahayuddin Bin Abdul Khalim (Director Institute Ahli Sunnah Wal Jamaah, University Tun Hussein Onn Malaysia), Dr. Nur Zainatul Nadra Binti Zainol (Head Department Research & Publication, Institute Ahli Sunnah Wal Jamaah, University Tun Hussein Onn Malaysia), Dr. Wan Ainaa Mardhiah Binti Wan Zahari (Head of Department Economic & Halal, Institute Ahli Sunnah Wal Jamaah, University Tun Hussein Onn Malaysia), dan Syed Huzaifah Alkaff, M.Sc. the S. Rajaratnam (School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore).


Hj Mustapahayuddin Bin Abdul Khalim dalam penelitiannya yang berjudul: “The Study on Waqf Understanding Among Tahfiz Schools’ Owners in Johor” membahas pentingnya pemahaman wakaf sebagai instrumen ekonomi Islam yang berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat, terutama dalam sektor pendidikan. Berdasarkan penelitian kuantitatif terhadap 37 madrasah tahfiz di Johor, ditemukan bahwa pemahaman wakaf cukup baik, tetapi masih minimnya pengetahuan tentang peran Majlis Agama Islam Johor (MAIJ) menjadi hambatan bagi madrasah untuk mewakafkan aset mereka. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun tingkat pemahaman tentang wakaf cukup baik, keterbatasan pengetahuan mengenai fungsi Majlis Agama Islam Johor (MAIJ) dan manfaat wakaf terhadap madrasah memengaruhi kesiapan mereka untuk mewakafkan tanah atau bangunan madrasah. Oleh karena itu, disarankan adanya panduan pengelolaan wakaf yang jelas untuk meningkatkan kolaborasi antara madrasah tahfiz dan institusi wakaf, sehingga potensi wakaf dapat dimaksimalkan secara lebih efektif.


Sementara itu pembicara kedua, Dr. Nur Zainatul Nadra Binti Zainol mempresentasikan paper yang berjudul: “Balancing Tradition and Faith: The Heritage-Maqasid Shariah Dilemma in Johor’s Kuda Kepang Performance”. Penelitian tersebut mengkaji dinamika pertunjukan kuda kepang di Johor melalui pendekatan kualitatif. Observasi dilakukan terhadap kelompok kuda kepang yang aktif mempromosikan kegiatan mereka melalui media sosial seperti Facebook, YouTube, dan TikTok. Penelitian ini mengungkapkan bahwa persembahan kuda kepang kembali populer di masyarakat karena kemampuannya beradaptasi dengan teknologi modern. Kelompok-kelompok kuda kepang menggunakan platform digital untuk menyebarkan informasi dan mempromosikan aktivitas mereka, termasuk melalui poster digital yang disebarluaskan secara daring. Hal ini menunjukkan transformasi tradisi budaya yang mengikuti perkembangan zaman. 

Temuan penelitian ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pelestarian tradisi budaya dan ketaatan terhadap prinsip-prinsip Maqasid Syariah. Penggunaan media sosial oleh pengamal kuda kepang menjadi langkah strategis untuk mempertahankan relevansi budaya di era digital, namun tetap harus diarahkan pada tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sebagaimana dijelaskan Dr. Nadra, kelompok-kelompok ini perlu memanfaatkan kemajuan teknologi secara bijak untuk melaksanakan dakwah melalui seni budaya, menjauhi unsur-unsur yang bertentangan dengan syariat. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar dalam pelestarian warisan budaya Islam-Melayu.


Pembicara ketiga, Dr. Wan Ainaa Mardhiah Binti Wan Zahari, dalam kajiannya yang berjudul, “Halal TVET: A New Concept of TVET Integration for Halal Industries in Malaysia”, memperkenalkan konsep integrasi pendidikan teknis dan kejuruan (Technical and Vocational Education and Training/TVET) ke dalam sektor industri halal di Malaysia. TVET merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada karier dengan penekanan utama pada praktik industri. Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dalam bidang spesifik, dengan standar keahlian yang diakui secara profesional. Konsep Halal TVET menggabungkan komponen-komponen praktis, keterampilan psikomotor, dan pelatihan industri dengan prinsip-prinsip Syariah sebagai landasan utamanya. 

Kajian ini menegaskan bahwa Halal TVET berpotensi merevolusi industri halal di Malaysia dengan menjembatani kesenjangan antara keterampilan teknis dan kepatuhan terhadap Syariah. Integrasi ini tidak hanya memastikan keberlanjutan industri halal, tetapi juga mendorong keunggulan dan daya saingnya di tingkat global. Dengan pendekatan ini, Halal TVET diharapkan mampu mencetak tenaga kerja yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Syariah dalam praktik profesional mereka, sehingga mendukung perkembangan industri halal yang berkelanjutan dan beretika.


Melalui seminar ini, STAIN Kepri telah mengambil langkah strategis untuk memperkuat kajian akademik berbasis nilai-nilai Islam dan budaya Melayu, sekaligus membuka peluang kolaborasi lintas negara dalam penelitian dan pengembangan. Seminar ini diharapkan menjadi momentum awal untuk mendorong pengaplikasian kajian Islam-Melayu yang relevan dan solutif, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata dalam membentuk masyarakat yang harmonis, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Keberlanjutan acara serupa di masa depan diharapkan dapat semakin memperkaya wawasan akademisi, praktisi, dan masyarakat umum, serta memperkokoh identitas Islam-Melayu di kancah global. (luluk)