السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Special Panel 2 IMSIC 2024 STAIN Kepri: Bahas Tantangan dan inovasi pendidikan untuk masyarakat yang berkelanjutan

  • 20 November 2024
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 50
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan IlmuSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau sukses menggelar seminar internasional bertajuk 1st Islamic and Malay Studies International Conference (IMSIC) yang diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu, 19-20 November 2024. Acara perdana ini berlangsung di Auditorium Razali Jaya, Kampus STAIN Sultan Abdurrahman, dan menghadirkan Ketua STAIN, Dr. Muhammad Faisal, M.Ag., sebagai keynote speaker.

Dalam sesi Panel 2, yang di moderatori oleh Taufik Afdal, M.Hum., mengusung tema, “Educational challenges and innovations for sustainable society”, menghadirkan empat pembicara (invited speakers) yakni: Dr. Muhammad Suhaimi Bin Datuk Hj Sulong (Head of Department Training & Islamic Leadership, Institute Ahli Sunnah Wal Jamaah, University Tun Hussein Onn Malaysia); Satria Adi Pradana School of Language and Culture, The University of Queensland, Australia; Dr. Siti Marpuah (Senior Lecturer, Islamic Studies Department, Center for General Studies & Co-Curriculum, University Tun Hussein Onn Malaysia); dan Dr. Ramandha Rudwi Hantoro, M.Pd.I (Secretary of Master of Islamic Educational Management Study Program, STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau).


Pembicara pertama, Dr. Muhammad Suhaimi Bin Datuk Hj Sulong menyampaikan pemaparan yang berjudul "SertuBot: Prototype Development of Remote-Control Robot Using Arduino for Sertu Solution" mengkaji pengembangan robot prototipe berbasis Arduino yang dirancang untuk memfasilitasi proses sertu dalam Islam. Dalam Islam, kebersihan fisik dan spiritual merupakan bagian integral dari iman, termasuk kebersihan pribadi, tempat, pakaian, peralatan, dan lainnya. Salah satu aspek kebersihan ini adalah penanganan najis berat (mughallazah), seperti kotoran anjing, babi, atau turunannya, yang harus dibersihkan dengan air bercampur tanah sebanyak satu kali, diikuti enam kali pembilasan dengan air mutlak hingga sifat najis, seperti rasa, warna, dan bau, benar-benar hilang.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan prototipe SertuBOT menggunakan AutoCAD dan MIT App Inventor serta menguji fungsi dan kegunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan pengembangan tercapai dengan menciptakan alat yang mudah digunakan untuk melakukan sertu secara manual melalui pengoperasian via ponsel. SertuBOT dirancang untuk penggunaan skala kecil dengan kemampuan membersihkan area seluas setengah kaki persegi. Selain itu, penelitian ini merekomendasikan pengembangan skala yang lebih besar di masa depan guna mempercepat proses sertu sekaligus mengurangi biaya dan waktu operasional, terutama untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi Halal.


Sementara itu, Dr. Siti Marpuah, pembicara dari University Tun Hussein Onn Malaysia, membahas pentingnya program bimbingan Islam bagi mualaf melalui penelitian berjudul "Empowering New Muslim Converts: A Study on Islamic Guidance Programs at MACMA Johor." Dalam konteks Malaysia, mualaf atau yang dikenal sebagai saudara Muslim merupakan individu yang baru memeluk Islam setelah meninggalkan agama sebelumnya. Sebagai golongan yang masih dalam proses memahami dan mengamalkan ajaran Islam, mereka memerlukan dukungan moral, psikologis, dan bimbingan intensif, baik dari masyarakat maupun dari tokoh agama seperti pendakwah dan konselor Muslim, untuk memperkuat keimanan mereka dalam menghadapi tantangan sebagai saudara baru.

Malaysian Chinese Muslim Association (MACMA), yang didirikan pada 8 September 1994, bertujuan mendukung kebutuhan komunitas Cina Muslim di Malaysia melalui berbagai program dakwah dan layanan kemasyarakatan. Fokus MACMA mencakup pengajaran agama Islam dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Cina, serta program pembelajaran seperti kelas Fardhu Ain, pengajian Al-Quran, dan studi kitab-kitab akidah dan akhlak. Selain itu, dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa MACMA juga menyediakan layanan sosial, konseling, pelatihan ekonomi, dan pendidikan sepanjang hayat. Tujuannya adalah membentuk komunitas Cina Muslim yang bertakwa, berilmu, dan mampu mempromosikan Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin. Melalui program-program ini, MACMA tidak hanya memperkuat keimanan mualaf tetapi juga menjadikan mereka bagian integral dari dakwah Islamiah dan harmoni sosial di Malaysia.


 

Selanjutnya, pembicara Dr. Ramandha Rudwi Hantoro, M.Pd.I., dalam pemaparannya yang bertajuk “Strengthening the Quality of Human Resources in Building Sustainable Communities in the Malay Region”, menegaskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) berbasis nilai-nilai spiritual dan moral. Beliau menjelaskan bahwa manusia, sebagai makhluk terbaik (ahsani taqwim), memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang melalui fitrah yang diberikan oleh Allah, seperti kemampuan berbicara, menguasai ilmu pengetahuan, serta memahami ayat-ayat-Nya. Namun, Dr. Ramandha mengingatkan bahwa potensi ini hanya dapat dioptimalkan apabila hati, mata, dan telinga digunakan untuk memahami, melihat, dan mendengar tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana ditekankan oleh Dr. Sulaiman Al-Asyqar dan Wahbah Zuhaili. Dengan demikian, pengelolaan potensi manusia yang terintegrasi dengan nilai-nilai spiritual menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang berkelanjutan di kawasan Melayu.

Lebih lanjut, penelitian tersebut menekankan pengembangan kompetensi SDM yang terintegrasi dengan prinsip-prinsip religius dinilai esensial dalam mewujudkan komunitas yang harmonis dan produktif. Kompetensi ini mencakup empat dimensi utama, yakni kepribadian religius, pedagogik religius, sosialis religius, dan profesional religius. Kepribadian religius mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang dalam menjadi teladan bagi peserta didik, sedangkan pedagogik religius menekankan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran secara efektif. Sosialis religius berfokus pada interaksi yang harmonis antara guru, siswa, dan masyarakat sekitar, sementara profesional religius merujuk pada penguasaan ilmu pengetahuan dan konsep yang relevan dalam mendukung pembelajaran. Integrasi nilai-nilai ini diharapkan tidak hanya menghasilkan individu yang kompeten, tetapi juga masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan.

Sesi Panel 2 pada IMSIC 2024 mencerminkan urgensi kolaborasi dan inovasi dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern, terutama untuk menciptakan masyarakat berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai religius dan moral. Setiap pemaparan dari para pembicara memberikan perspektif yang komprehensif mengenai integrasi teknologi, spiritualitas, dan pendekatan pedagogis dalam membangun masyarakat yang harmonis, produktif, dan berkelanjutan. Penelitian-penelitian yang disampaikan, mulai dari pengembangan teknologi berbasis keislaman hingga penguatan kompetensi sumber daya manusia dengan prinsip spiritual, menunjukkan bahwa transformasi pendidikan tidak hanya memerlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai-nilai moral sebagai landasan pembentukan karakter. (luluk)