السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu – Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau sukses menggelar seminar internasional bertajuk 1st Islamic and Malay Studies International Conference (IMSIC) yang diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu, 19-20 November 2024. Acara perdana ini berlangsung di Auditorium Razali Jaya, Kampus STAIN Sultan Abdurrahman, dan menghadirkan Ketua STAIN, Dr. Muhammad Faisal, M.Ag., sebagai keynote speaker.
Dalam sesi Panel 2, yang di moderatori oleh Taufik Afdal, M.Hum., mengusung tema, “Educational challenges and innovations for sustainable society”, menghadirkan empat pembicara (invited speakers) yakni: Dr. Muhammad Suhaimi Bin Datuk Hj Sulong (Head of Department Training & Islamic Leadership, Institute Ahli Sunnah Wal Jamaah, University Tun Hussein Onn Malaysia); Satria Adi Pradana School of Language and Culture, The University of Queensland, Australia; Dr. Siti Marpuah (Senior Lecturer, Islamic Studies Department, Center for General Studies & Co-Curriculum, University Tun Hussein Onn Malaysia); dan Dr. Ramandha Rudwi Hantoro, M.Pd.I (Secretary of Master of Islamic Educational Management Study Program, STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau).
Pembicara pertama, Dr. Muhammad Suhaimi Bin Datuk Hj
Sulong menyampaikan pemaparan yang berjudul "SertuBot:
Prototype Development of Remote-Control Robot Using Arduino for Sertu
Solution" mengkaji pengembangan robot prototipe berbasis Arduino
yang dirancang untuk memfasilitasi proses sertu dalam Islam. Dalam Islam,
kebersihan fisik dan spiritual merupakan bagian integral dari iman, termasuk
kebersihan pribadi, tempat, pakaian, peralatan, dan lainnya. Salah satu aspek
kebersihan ini adalah penanganan najis berat (mughallazah), seperti kotoran anjing, babi, atau turunannya, yang
harus dibersihkan dengan air bercampur tanah sebanyak satu kali, diikuti enam
kali pembilasan dengan air mutlak hingga sifat najis, seperti rasa, warna, dan
bau, benar-benar hilang.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan prototipe SertuBOT menggunakan AutoCAD dan MIT App Inventor serta menguji fungsi dan kegunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan pengembangan tercapai dengan menciptakan alat yang mudah digunakan untuk melakukan sertu secara manual melalui pengoperasian via ponsel. SertuBOT dirancang untuk penggunaan skala kecil dengan kemampuan membersihkan area seluas setengah kaki persegi. Selain itu, penelitian ini merekomendasikan pengembangan skala yang lebih besar di masa depan guna mempercepat proses sertu sekaligus mengurangi biaya dan waktu operasional, terutama untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi Halal.
Sementara itu, Dr. Siti Marpuah, pembicara dari
University Tun Hussein Onn Malaysia, membahas pentingnya program bimbingan
Islam bagi mualaf melalui penelitian berjudul "Empowering New Muslim Converts: A Study on Islamic Guidance
Programs at MACMA Johor." Dalam konteks Malaysia, mualaf atau yang
dikenal sebagai saudara Muslim merupakan individu yang baru memeluk Islam
setelah meninggalkan agama sebelumnya. Sebagai golongan yang masih dalam proses
memahami dan mengamalkan ajaran Islam, mereka memerlukan dukungan moral,
psikologis, dan bimbingan intensif, baik dari masyarakat maupun dari tokoh
agama seperti pendakwah dan konselor Muslim, untuk memperkuat keimanan mereka
dalam menghadapi tantangan sebagai saudara baru.
Malaysian Chinese Muslim Association (MACMA), yang didirikan pada 8 September 1994, bertujuan mendukung kebutuhan komunitas Cina Muslim di Malaysia melalui berbagai program dakwah dan layanan kemasyarakatan. Fokus MACMA mencakup pengajaran agama Islam dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Cina, serta program pembelajaran seperti kelas Fardhu Ain, pengajian Al-Quran, dan studi kitab-kitab akidah dan akhlak. Selain itu, dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa MACMA juga menyediakan layanan sosial, konseling, pelatihan ekonomi, dan pendidikan sepanjang hayat. Tujuannya adalah membentuk komunitas Cina Muslim yang bertakwa, berilmu, dan mampu mempromosikan Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin. Melalui program-program ini, MACMA tidak hanya memperkuat keimanan mualaf tetapi juga menjadikan mereka bagian integral dari dakwah Islamiah dan harmoni sosial di Malaysia.
Selanjutnya, pembicara Dr. Ramandha Rudwi Hantoro,
M.Pd.I., dalam pemaparannya yang bertajuk “Strengthening
the Quality of Human Resources in Building Sustainable Communities in the Malay
Region”, menegaskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM)
berbasis nilai-nilai spiritual dan moral. Beliau menjelaskan bahwa manusia,
sebagai makhluk terbaik (ahsani taqwim),
memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang melalui fitrah yang diberikan
oleh Allah, seperti kemampuan berbicara, menguasai ilmu pengetahuan, serta
memahami ayat-ayat-Nya. Namun, Dr. Ramandha mengingatkan bahwa potensi ini
hanya dapat dioptimalkan apabila hati, mata, dan telinga digunakan untuk
memahami, melihat, dan mendengar tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana
ditekankan oleh Dr. Sulaiman Al-Asyqar dan Wahbah Zuhaili. Dengan demikian,
pengelolaan potensi manusia yang terintegrasi dengan nilai-nilai spiritual
menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang berkelanjutan di
kawasan Melayu.
Lebih lanjut, penelitian tersebut menekankan pengembangan
kompetensi SDM yang terintegrasi dengan prinsip-prinsip religius dinilai
esensial dalam mewujudkan komunitas yang harmonis dan produktif. Kompetensi ini
mencakup empat dimensi utama, yakni kepribadian religius, pedagogik religius,
sosialis religius, dan profesional religius. Kepribadian religius mencerminkan
kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang dalam menjadi teladan bagi peserta
didik, sedangkan pedagogik religius menekankan kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran secara efektif. Sosialis religius berfokus pada interaksi
yang harmonis antara guru, siswa, dan masyarakat sekitar, sementara profesional
religius merujuk pada penguasaan ilmu pengetahuan dan konsep yang relevan dalam
mendukung pembelajaran. Integrasi nilai-nilai ini diharapkan tidak hanya menghasilkan
individu yang kompeten, tetapi juga masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan.
Sesi Panel 2 pada IMSIC 2024 mencerminkan urgensi kolaborasi dan
inovasi dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern, terutama untuk
menciptakan masyarakat berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai religius dan
moral. Setiap pemaparan dari para pembicara memberikan perspektif yang
komprehensif mengenai integrasi teknologi, spiritualitas, dan pendekatan
pedagogis dalam membangun masyarakat yang harmonis, produktif, dan
berkelanjutan. Penelitian-penelitian yang disampaikan, mulai dari pengembangan
teknologi berbasis keislaman hingga penguatan kompetensi sumber daya manusia
dengan prinsip spiritual, menunjukkan bahwa transformasi pendidikan tidak hanya
memerlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga penanaman
nilai-nilai moral sebagai landasan pembentukan karakter. (luluk)
Konferensi Internasional Islam dan Melayu di STAIN Kepri: Sinergi Akademik Lintas Negara
Pengumuman Hasil SKD CPNS Kemenag STAIN Sultan Abdurrahman Kepri