السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

SKIS 2025: Kolaborasi STAIN Kepri dan UKM Perkuat Kajian Komunikasi Islam Lintas Negara

  • 15 Januari 2025
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 36
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu — Seminar Internasional Komunikasi Islam (SKIS) 2025 berhasil diselenggarakan sebagai hasil kolaborasi strategis antara Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau dan Fakulti Pengajian Islam (FPI), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Acara ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa kedua institusi, menjadi momen penting untuk mempererat hubungan akademik lintas negara.

Seminar yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting ini diawali dengan pembukaan oleh Dr. Khazri Osman dari FPI UKM, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Negaraku dan Indonesia Raya.


Ketua STAIN Sultan Abdurrahman Kepri, Dr. Muhammad Faisal, M.Ag, bertindak sebagai keynote speaker dalam seminar ini. Beliau menekankan pentingnya komunikasi Islam sebagai landasan pengembangan masyarakat yang harmonis dan beretika, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman, termasuk Dr. Nova Dwiyanti, M.Kom.I., Kepala Laboratorium Penyiaran Islam STAIN Kepri, dan Ahmad Hamdan, M.Sos., Sekretaris Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Kepri. Dari Universiti Kebangsaan Malaysia, hadir Dr. Khazri Osman dan Prof. Dr. Abdul Ghafar dari Fakulti Pengajian Islam. Selain itu, K.H. Ali Ahmadi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, turut memberikan wawasan mendalam dalam diskusi tersebut.


Dr. Nova Dwiyanti dalam pemaparannya menyatakan bahwa komunikasi memungkinkan seseorang menyampaikan informasi atau gagasan melalui simbol-simbol tertentu. Dalam Islam, komunikasi mengedepankan prinsip kejujuran, keadilan, dan penggunaan bahasa yang baik.

Selain itu, Islam mendorong kelembutan dan keselarasan antara ucapan dan tindakan, sekaligus melarang penyebaran informasi yang tidak akurat. Kajian ini juga mengidentifikasi hambatan komunikasi, seperti gangguan mekanik, semantik, dan prasangka, yang dapat diatasi dengan memahami konteks audiens serta menyampaikan pesan secara jelas dan akurat.

Dr. Nova menegaskan bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya bergantung pada penyampaian pesan, tetapi juga pada kejujuran, tanggung jawab, dan niat baik, menjadikannya sarana penting untuk membangun hubungan manusia yang harmonis dan bermakna sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Ahmad Hamdan, M.Sos., menambahkan pentingnya literasi dan etika dakwah di era digital. Ia menekankan bahwa mahasiswa dan akademisi perlu memahami bagaimana memanfaatkan teknologi digital untuk menyampaikan pesan dakwah yang efektif dan relevan bagi masyarakat modern.


Seminar ini dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang mengupas berbagai topik terkait komunikasi Islam, seperti dakwah, kepemimpinan, dan transformasi digital. Diskusi ini menunjukkan antusiasme tinggi dari peserta dalam mencari solusi atas tantangan komunikasi di era modern.

Dr. Muhammad Faisal, M.Ag, menyampaikan harapannya agar SKIS menjadi agenda rutin yang mempererat kerja sama antara STAIN SAR Kepri dan FPI UKM.

“Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya kajian akademik, tetapi juga menjadi solusi atas tantangan komunikasi yang dihadapi masyarakat modern,” ungkapnya.

Seminar ini ditutup dengan komitmen dari kedua institusi untuk terus mendukung pengembangan ilmu komunikasi Islam melalui kolaborasi penelitian, seminar, dan program akademik lainnya. Dengan semangat kebersamaan ini, SKIS 2025 menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan akademik antara Indonesia dan Malaysia. (LF/Gby)