السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

[Artikel] Apa Benar, Meninggal Akibat Kecelakaan Tergolong Syahid?

  • 30 November 2021
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 100943
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu, Berteraskan Ilmu Tulisan ini berangkat dari sebuah pertanyaan mahasiswa yang bertanya, “Bu...mohon maaf apabila pertanyaan saya ini menyinggung para pendengarnya. Bagaimana sih orang yang meninggal dalam kecelakaan. Apakah tergolong syahid bu?”.

Duka mendalam masih dirasakan oleh segenap civitas akademika STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau atas meninggalnya salah satu dosen terbaik dalam sebuah kecelakaaan maut. Syukri Ernayati Nurintan Syahri Sinaga, M.Sos mengalami kecelakaan tunggal bermotor pada minggu sore (26/11/2021) di Villa Bintan. Kecelakaan hebat itu, membuat bagian kepala terbentur hingga tak dapat tertolong. Beliau meninggal dalam perjalanan ketika hendak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Ulama mengatakan syahid itu terbagi 3 (tiga). Pertama, syahid dunia wal akhirah artinya seseorang yang matinya dalam perang fi sabilillah. Kedua, syahid dunya yaitu seseorang yang matinya karena berperang namun tujuannya bukan mencari ridho Allah melainkan hanya mencari harta dan kedudukan. Ketiga,  syahid akhirat yaitu seseorang yang matinya akibat kebakaran, sakit perut, terkena wabah atau virus, tenggelam dalam sungai atau lautan, tertimpa bangunan seperti gempa bumi, dan tewas akibat kecelakaan. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi SAW bersabda:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Syuhada ada 5: orang yang meninggal sebab terjangkit wabah tho’un, meninggal karena sakit perut, meninggal karena tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan orang yang berjuang di jalan Allah ‘Azza wa jalla”( Hadist nomor 8305, musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, juz 14:58).

Seorang ulama besar yang memiliki karamah yang luar biasa Ibnu Hajr al-Haitami dalam kitabnya Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, Juz III halaman 166 mengatakan bahwa orang yang meninggal dengan tak wajar dan mendadak seperti kebakaran, tenggelam, tertimpa bangunan, maka itu tergolong mati syahid akhirat.

(اما الشهيد الاخرة فقط كغريق و مبطون و حريق) و كتب عليه العلامة الشوبري قال شيخنا ابن عبد الحق : ما اذا قتل على غير الكيفية المأذون

“ (Adapun syahid akhirat saja adalah seperti meninggal akibat tenggelam, sakit perut, dan kebakaran) dan menulis Syubari, berkata Syekh Ibn Abdil Haq: tergolong pada syahid akhirat itu adalah orang yang terbunuh/ meninggal secara tak wajar”.

Sementara itu, Habib Syekh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al- Kaff  dalam kitab at-Taqrir as-Sadidah fil Masailil Mufidah mengatakan bahwa orang yang meninggal dan digolongkan syahid akhirat lebih dari lima, bahkan sampai pada 70 macam.

شهيد الاخيرة ; وهم كثير او صلهم بعضهم الى سبعين , كمن قتل دون ماله او نفسه او عرضه , و المبطون , والغريق , والحريق

“Syahid akhirat itu banyak macamnya, sebagian ulama berpendapat sampai 70 macam, seperti seseorang yang terbunuh tanpa uangnya, atau dirinya sendiri, atau kehormatannya, dan orang yang mati akibat tenggelam, dan kebakaran”.

Melalui penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa orang yang meninggal akibat kecelakaan termasuk dalam katagori mati syahid akhirat. Pasalnya, ia termasuk dalam meninggal secara tidak wajar. Disamping itu bisa diqiyaskan dengan orang yang meninggal akibat kecelakaan tertimpa reruntuhan gedung dikarenakan bagian badannya luka-luka.

Meskipun pahala orang yang mati syahid karena kecelakaan sama seperti orang yang berperang dijalan Allah, Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Muslim Li al-Nawawi berkata bahwa jenazahnya tetap dimandikan dan disholati. Simak penjelasan ini:

قال العلماء المراد بشهادة هؤلاء كلهم غير المقتول في سبيل الله انهم يكون لهم في الآخرة ثواب الشهداء وأما في الدنيا فيغسلون ويصلى عليهم

“Ulama berpendapat yang dimaksud orang yang syahid bukan lantaran berperang dijalan Allah akan mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid. Namun, jenazahnya tetap dimandikan dan sholati”.

Semoga keluarga besar dan segenap civitas akademika kampus STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau diberikan ketabahan, kesabaran, serta keikhlasan atas meninggalnya ibu Intan pada kecelakaan tunggal bermotor di Villa Bintan. Dan jenazah almarhumah mendapatkan pahala yang belipat ganda di sisi Allah, dijadikan kuburannya taman-taman Syurga, dan dikumpulkan bersama orang-orang yang syahid di JalanNya.

(Penulis: Zulfa Hudiyani, M.A | Editor: Luluk Fatimah, S.Pd)