السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pendidikan Agama Islam Jadi Garda Peradaban, Seminar Internasional Prodi PAI STAIN SAR Kepri Teguhkan Identitas Melayu

  • 24 September 2025
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 130
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau menyelenggarakan seminar internasional dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (24/9/2025) di Auditorium Razali Jaya Kampus STAIN SAR Kepri dengan melibatkan mahasiswa Prodi PAI sebagai peserta utama.

Seminar tersebut mengusung tema “Peran Pendidik Islam dalam Menumbuhkan Kesadaran Pelestarian Warisan Budaya Melayu di Era Globalisasi” dan menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dato’ Amiruddin bin Md. Ali Hanafiah, Ketua I Persatuan Penulis Johor (PPJ) sekaligus Pengerusi Majlis Permufakatan Penulis Malaysia (MPPM), serta Ramli Muasmara, M.Pd.I., dosen homebase Prodi PAI STAIN SAR Kepri dan Ketua Bidang Pemuda Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Tanjungpinang.

Dalam pemaparannya, Ramli Muasmara menegaskan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran strategis sebagai garda terdepan dalam melestarikan budaya Melayu di tengah derasnya arus globalisasi. Menurutnya, globalisasi membawa tantangan serius berupa pergeseran nilai, gaya hidup instan, dan penetrasi budaya asing yang kerap bertentangan dengan kearifan lokal.


“Sejak berabad-abad, Islam telah menjadi ruh bagi budaya Melayu. Nilai-nilai Islam tidak hanya hadir dalam ranah keagamaan, tetapi juga melekat dalam adat, seni, bahasa, dan tata pergaulan masyarakat Melayu,” ungkap Ramli.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa melalui PAI, nilai-nilai keislaman yang bersenyawa dengan budaya Melayu dapat terus ditanamkan kepada generasi muda sehingga mereka mampu bersaing secara global tanpa kehilangan identitas dan akar budaya. PAI, menurutnya, juga berperan dalam menanamkan akhlak Islami yang sejalan dengan norma budaya Melayu, membangun kesadaran sejarah, mendorong literasi keagamaan berbasis kearifan lokal, serta membentuk karakter moderat yang berdaya saing global.


Ramli turut mengingatkan bahwa budaya global cenderung menonjolkan sifat materialistis dan individualistis, yang berpotensi mengikis identitas generasi muda Melayu apabila tidak diimbangi dengan pemahaman agama yang kuat.

“Pendidikan Agama Islam bukan hanya soal aspek spiritual, tetapi juga sosial-budaya. Melalui kurikulum, pembelajaran, dan pengabdian masyarakat, PAI harus menjadi garda terdepan dalam melestarikan budaya Melayu,” jelasnya.

Kajian ini menegaskan kontribusi penting PAI dalam menjaga keseimbangan antara iman, ilmu, dan budaya. Dengan peran tersebut, Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu membentuk peradaban yang religius, berkarakter, dan beridentitas kuat, sekaligus memberi kontribusi nyata bagi pengembangan peradaban Islam dan kebudayaan Melayu di Indonesia. (LF/Indhani)