السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

HMPS PAI STAIN SAR Kepri Gelar Seminar Internasional, Pendidik Islam dan Pelestarian Budaya Melayu di Era Globalisasi

  • 24 September 2025
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 35
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau menggelar seminar internasional dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (24/9/2025) di Auditorium Razali Jaya kampus STAIN SAR Kepri ini mengangkat tema “Peran Pendidik Islam dalam Menumbuhkan Kesadaran Pelestarian Warisan Budaya Melayu di Era Globalisasi.”

Seminar menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dato’ Amiruddin bin Md. Ali Hanafiah, Ketua I Persatuan Penulis Johor (PPJ) sekaligus Pengerusi Majlis Permufakatan Penulis Malaysia (MPPM), serta Ramli Muasmara, M.Pd.I, dosen homebase Prodi PAI STAIN SAR Kepri dan Ketua Bidang Pemuda Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Tanjungpinang. Peserta kegiatan adalah ratusan mahasiswa Prodi PAI dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang antusias mengikuti rangkaian acara.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kabag AUAK STAIN SAR Kepri, Dr. H. Imam Subekti, M.Pd.I. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya integrasi nilai Islam dan budaya Melayu dalam membentuk generasi akademisi yang berkarakter.


“Seminar ini menjadi momentum berharga untuk meneguhkan peran mahasiswa sebagai agen pelestari budaya melalui pendekatan keilmuan dan nilai religius,” ungkap Dr. Imam.

Sementara itu, Ketua Prodi PAI, Dr. Zulhamdan, M.Pd.I., menyampaikan bahwa seminar internasional ini selaras dengan visi Prodi PAI dalam membekali mahasiswa dengan wawasan global tanpa meninggalkan akar budaya lokal. Menurutnya, pendidik Islam perlu hadir sebagai jembatan antara nilai tradisi dan tantangan modernitas.

Dalam pemaparannya, Dato’ Amiruddin bin Md. Ali Hanafiah menegaskan bahwa budaya Melayu merupakan identitas yang harus terus dijaga oleh generasi penerus.

“Budaya Melayu bukan hanya peninggalan sejarah, melainkan identitas dan jati diri umat. Pendidik Islam memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk menanamkan kesadaran pelestarian budaya ini kepada generasi muda. Di tengah derasnya globalisasi, warisan Melayu harus menjadi benteng spiritual, moral, dan sosial yang memperkuat kepribadian bangsa,” tegasnya.


Senada dengan itu, Ramli Muasmara, M.Pd.I., menekankan pentingnya pendidikan Islam dalam menjaga nilai-nilai budaya Melayu.

“Nilai-nilai Islam sejatinya sejalan dengan filosofi budaya Melayu yang menjunjung tinggi adab, kesantunan, dan kebersamaan. Oleh karena itu, pendidik Islam perlu memadukan kurikulum pembelajaran dengan kearifan lokal. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki identitas kultural yang kokoh,” jelasnya.

Seminar internasional ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa mengenai hubungan erat antara Islam dan budaya Melayu, tetapi juga mempertegas posisi STAIN SAR Kepri sebagai pusat pengembangan akademik yang peduli terhadap pelestarian kearifan lokal di era globalisasi. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif yang semakin memperkuat kesadaran mahasiswa akan pentingnya peran pendidik Islam dalam membangun generasi yang religius, berbudaya, dan berdaya saing global. (LF/Gby)