السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pelatihan Rukyatul Hilal Virtual Berbasis Stellarium: Optimalisasi Pengamatan Hilal melalui Data dan Teknologi

  • 09 September 2025
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 23
Berita Utama

Bintan, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu – Masih dalam rangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, Laboratorium Ilmu Falak STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau kembali menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Rukyatul Hilal Virtual berbasis Software Stellarium, pada Selasa (9/09). Kali ini, kegiatan difokuskan pada penguatan aspek teknis observasi hilal dengan pendekatan berbasis data meteorologi dan kriteria visibilitas hilal internasional.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber profesional dari kalangan praktisi meteorologi, yakni Muhammad Fadris Dwiandoko, S.Tr.Met., yang merupakan ahli dari Stasiun Meteorologi Kelas III Raja Haji Fisabilillah.

Dalam materinya, Fadris menekankan pentingnya memahami aspek cuaca dan geografis dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Ia menjelaskan bahwa lokasi pengamatan harus bebas dari penghalang horison, memiliki visibilitas yang baik, serta mendukung penempatan teleskop secara aman dan presisi.

"Pemilihan lokasi tidak hanya dilihat dari sudut pandang astronomis, tetapi juga dari aspek meteorologis. Kerapatan awan, kelembapan udara, dan kondisi horizon sangat berpengaruh dalam visibilitas hilal," ungkapnya.


Fadris juga membagikan rekap data visibilitas hilal dari BMKG, yang menunjukkan bahwa wilayah Indonesia bagian tengah, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki tingkat keberhasilan deteksi hilal yang lebih tinggi dibanding wilayah lain. Hal ini karena kondisi atmosfer di wilayah tersebut cenderung lebih cerah dan stabil saat waktu pengamatan.

Selain itu, narasumber juga membahas kriteria visibilitas hilal menurut MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yaitu, Ketinggian hilal minimal 3 derajat di atas ufuk, dan Elongasi (jarak sudut antara pusat piringan bulan dan matahari) minimal 6,4 derajat.

Dalam sesi praktik, peserta diajak menggunakan software Stellarium untuk menyimulasikan posisi hilal berdasarkan waktu dan lokasi pengamatan. Simulasi ini membantu peserta memahami secara langsung bagaimana pengamatan hilal dilakukan secara ilmiah, termasuk membaca data elongasi, azimuth, dan ketinggian hilal.


Kegiatan ini menyasar masyarakat umum, mahasiswa, serta para penyuluh agama yang ingin memperdalam pemahaman teknis mengenai rukyatul hilal. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan terjadi peningkatan kompetensi dalam penentuan kalender Hijriyah yang berbasis data ilmiah dan teknologi mutakhir. (Gby/Arbi/Anisa)