السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kementerian Agama Luncurkan Kurikulum Berbasis Cinta, Ketua STAIN SAR Kepri Nyatakan Komitmen Implementasi Nilai Pendidikan Humanis dan Inklusif

  • 25 Juli 2025
  • Oleh: Humas STAIN Kepri
  • 198
Berita Utama

Makassar, Kampus Bersendikan Wahyu Berteraskan Ilmu Kementerian Agama Republik Indonesia secara resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada Kamis, 24 Juli 2025, bertempat di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Peluncuran ini menjadi tonggak penting dalam penyusunan ulang orientasi pendidikan keagamaan di Indonesia, dengan menekankan nilai cinta, kebersamaan, dan tanggung jawab ekologis sejak jenjang dasar hingga perguruan tinggi.

Di lansir dari laman www.kemenag.go.id, Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta lahir dari kegelisahan terhadap berbagai krisis kemanusiaan yang terus berulang.

“Kita bermaksud menciptakan suatu hegemoni sosial yang lebih elegan dan harmonis, dengan menekankan titik temu, bukan perbedaan. Jangan sampai kita mengajarkan agama, tapi tidak sadar menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” ujarnya.

KBC dirancang tidak hanya sebagai pendekatan pembelajaran agama, tetapi juga sebagai pendekatan lintas kurikulum yang humanis dan integratif. Panduan KBC telah disusun dan diserahkan secara simbolis kepada para guru sebagai acuan dalam mengintegrasikan nilai cinta dalam proses pembelajaran.

“Anak-anak kita harus tetap beragama, tapi bisa saling menghargai. Kurikulum ini akan mendorong itu,” lanjut Menag.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, para rektor PTKIN, Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, serta disaksikan oleh ribuan peserta secara luring dan daring dari seluruh Indonesia.


Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau, Dr. H. Muhammad Faisal, M.Ag., menyambut baik peluncuran KBC dan menyatakan kesiapan institusinya untuk mengimplementasikannya di lingkungan kampus.

“Kami mendukung Kurikulum Berbasis Cinta sebagai bagian dari transformasi pendidikan Islam yang berorientasi pada cinta, moderasi, dan nilai-nilai kemanusiaan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ketua STAIN SAR Kepri menilai bahwa penerapan KBC akan memperkuat peran perguruan tinggi Islam dalam membentuk lulusan yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual, kematangan emosional, serta kepekaan sosial yang tinggi.

Implementasi nilai-nilai cinta, moderasi, dan kemanusiaan dalam kurikulum bukan hanya menjadi instrumen pembelajaran, melainkan juga sebagai fondasi pembentukan karakter mahasiswa yang inklusif, toleran, dan berintegritas. Ke depan, STAIN SAR Kepri berkomitmen menjadikan KBC sebagai bagian integral dari ekosistem akademik kampus dalam mewujudkan generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, berpikiran terbuka, dan siap berkontribusi dalam menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang harmonis dan berkeadaban. (LF/Gby)